Monday, January 20, 2014

Seni Budaya - Tari Tradisional

Tari Gambang Semarang

     Gambang Semarang adalah salah satu kesenian yang lahir dan berkembang di Semarang, yangmenampilkan unsur-unsur seni musik, vokal, tari dan lawak. Jika dilihat pola garapannya, GambangSemarang dapat dikategorikan sebagai kesenian tradisional kerakyatan, karena ia berkembang di kalangan rakyat jelata, telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup lama, dan perkembangannyatetap bertumpu pada unsur-unsur seni yang telah dimilikinya sejak dulu.

     Pada umumnya kesenian tradisional diartikan sebagai suatu kesenian yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu, yang didukung oleh masyarakat setempat. Gambang Semarang pun lahir karenan inisiatif dan dukungan masyarakat Semarang yang ingin memenuhi kebutuhannya akan kesenian.

     Berdasarkan fungsinya sebagai tontonan, Gambang Semarang merupakan seni pertunjukan communal support, karena selama ini biaya produksi kesenian itu selalu ditanggung oleh masyarakat penyelenggara pertunjukan, sedangkan penontonnya adalah anggota masyarakat yang hadir tanpa membayar. Dengan kata lain Gambang Semarang hanya bermain apabila ada permintaan, dan pihak yang “nanggap” itu menanggung seluruh biaya pentas.

     Gambang Semarang dipentaskan dalam berbagai event seperti perayaan tahun baru Cina di klenteng-klenteng, acara pernikahan, khitanan, karnaval “dugderan” (perayaan menyambut bulan suci Ramadhan), penyambutan turis mancanegara, pasar malam di berbagai kota, dan sebagainya. Dalamsetiap pementasan tampak ada urutan penyajian.

Urutan penampilan kesenian Gambang Semarang adalah sebagai berikut:

     Pertunjukan dimulai denganlagu pembukaan yang berupa instrumentalia. Lagu-lagu yang biasa disajikan untuk pembukaan adalah “Cepret Payung”, “Kicir-kicir”, “Jangkrik Genggong”, dan lagu-lagu lain. Setelah itu disajikan vokal-instrumental dengan lagu-lagu antara lain: “Awe-awe”, “Lenggang Surabaya”, “Puteri Solo”, “Aksi Kucing”, atau lagu-lagu yang cocok dengan iringan musik Gambang Semarang.


     Penyajian berikutnya adalah tari dengan iringan lagu “Empat Penari” atau lagu-lagu yang lain. Apabila dilihat secara sepintas tari dalam seni pertunjukan Gambang Semarang tidak memiliki aturan-aturan gerak yang baku. Akan tetapi jika diperhatikan secara cermat, tari tersebut memiliki unsur-unsur gerak tari yang disebutlambeyan, genjot, ngondek, dan ngeyek. Selanjutnya ditampilkan selingan lawak dengan tema yang disesuaikan dengan kondisi aktual.
    
     Kadang-kadang para pelawak juga menyanyikan lagu lagu yang cocok untuk dibawakan secara bersahutan seperti lagu “Jali-jali”. Syair lagunya sering diganti dengan kata-kata lucu untuk saling mengejek, menyindir, atau bermuatan kritik. Pertunjukan ini diakhiri dengan lagu-lagu penutup atau lagu-lagu yang memuat kata-kata “pamit” seperti “Walang Kekek” , “Keroncong Kemayoran”, dan “Jali-jali”.

     Gambang Semarang mungkin menjadi salah satu kesenian yang cukup menarik di Semarang. Selain terdiri dari unsur musik, vokal, dan juga lawak/lelucon, Gambang Semarang juga dipadu dengan tarian tradisional. Seiring perkembangannya, Gambang Semarang dipadukan pula dengan seni gerak tari, yang pada masa lampau ditarikan oleh penari-penari transeksual. Seni tari Gambang Semarang memiliki gerakan yang berpusat pada pinggul penarinya. Berdasarkan fungsinya sebagai tontonan atau hiburan bagi warga, selama ini biaya produksi kesenian Gambang Semarang selalu ditanggung oleh masyarakat penyelenggara.


Tari Jaran Kepang

     Jaran kepang juga disebut kuda lumping atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia.
     Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
     Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.
     Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
     Sering kali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.
     Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, seperti jamban, kolong jembatan, rel kereta, dan daerah-daerah lainnya. Tari ini biasanya ditampilkan pada ajang-ajang tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.
     Dalam pementasanya, tari kuda lumping menggunakan kaca,beling,batu,dan jimat.Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional kuda lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.


Tari Prajuritan

     Tari Prajuritan merupakan kesenian tari khas Kabupaten Semarang. Tari Prajuritan adalah sebuah tari yang menggambarkan ulah gerak para prajurit dalam berlatih untuk meningkatkan kemampuan perang.
     Tari Prajuritan mula-mula tumbuh dan berkembang di wilayah Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Embrio Tari Prajuritan diperkirakan muncul sekitar abad 18 dimana waktu itu Pangeran Samber nyawa diajak berunding Belanda bersama Sunan PB III di kota Salatiga, tanggal 17 Maret 1757. Tujuan perundingan untuk menghentikan perlawanan rakyat dibawah pimpinan Pangeran Samber Nyawa. Dalam perundingan itu menghasilkan kesepakatan yang dikenal Perjanjian Salatiga. Saat Pangeran Samber Nyawa berunding, para prajurit terpilih mengawal. Mereka mengadakan kegiatan pertunjukan rakyat “BEBER” di sekitar tempat perundingan. Kesibukan para prajurit dalam berlatih merupakan tontonan yang sangat menarik masyarakat sekitar. Ketertarikan terhadap sosok prajurit itulah yang mengilhami untuk mengadbadikan dalam bentuk seni, khusunya seni tari.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts Now